Trump dan PM Jepang Sepakat Minta Kim Jong Un Sudahi Program Balistik

Trump-dan-PM-Jepang-Sepakat-Minta-Kim-Jong-Un-Sudahi-Program-Balistik

Trump-dan-PM-Jepang-Sepakat-Minta-Kim-Jong-Un-Sudahi-Program-Balistik

Hariannusantara.comPada 12 Juni mendatang, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan akan mengadakan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura. Sebelum itu, Trump terlebih dulu melakukan pertemuan dengan Perdana menteri Jepang, Shinzo Abe.

Senin (28/5/2018) lalu, Trump dan Abe telah sepakat untuk meminta Korea Utara agar membongkar senjata nuklir secara penuh dan menyudahi program rudal balistiknya. Sehari setelah para delegasi AS da Korea Utara bertemu di zona demiliterisasi Korea, Trump dan Abe dikabarkan telah berbicara melalui sambungan telepon. Pertemuan para delegasi yang dilakukan di desa Panmunjom itu merupakan persiapan untuk pertemuan puncak antara Trump dan Kim Jong Un.

“Keduanya membahas perkembangan terakhir di Korea Utara dan menegaskan mereka akan bertemu lagi untuk melanjutkan koordinasi, sebelum pertemuan yang diharapkan antara AS dan Korea Utara,” bunyi pernyataan dari Gedung Putih.

“Presiden dan perdana menteri menegaskan keinginan bersama untuk mencapai pembongkaran lengkap dan permanen terhadap senjata nuklir, kimia dan biologi Korea Utara serta program rudal balistik,” imbuhnya.

Loading...

Jepang khawatir jika dalam pertemuan antara AS dan Korea Utara tersebut tak akan membahas ancaman keamanan dari Korea Utara terhadap Jepang, termasuk peluncuran rudal jarak pendek dan menengah. Abe khawatir jika Trump akan terfokus dengan permasalahan rudal balistik antarbenua dan mengabaikan misil jarak dekat yang menjadi ancaman Jepang.

“Saya khawatir kalau rudal jarak menengah dan pendek, yang merupakan jenis rudal yang mengancam Jepang, mungkin tidak dibicarakan dalam pertemuan itu, di mana fokusnya mungkin terbatas pada ICBM,” ucapnya.

Sebelumnya, Korea Utara telah menembakkan rudal jarak menengah Hwasong-12 melewati Jepang. Rudal tersebut terbang melintasi wilayah utara Jepang yang kemudian jatuh di Samudera Pasifik. Kejadian pada 3 September 2017 tersebut memicu kepanikan warga Jepang di bagian Utara.