Hariannusantara.com – Penyakin yang diderita manusia tidak pernah pandang bulu. Siapapun di dunia ini punya kemungkinan yang sama untuk mengidap sebuah penyakit. Tidak terkecuali seorang dokter yang bertugas sebagai penyembuh penyakit pun tidak luput dari serangan penyakit.
Prof.Dr.dr. Djohansjah Marzoeki adalah salah satu dokter ahli beda plastik di Indonesia yang dianggap sebagai perintis yang membangun dan mengembangkan ilmu beda plastik. Sudah dua tahun terakhir ini beliau merasakan sakit di daerah perut. Ketika melakukan pemeriksaan di RSUD dr. Soetomo, Djo sapaan akrab Prof.Dr.dr. Djohansjah Marzoeki difonis menderita penyakin batu empedu.
Dari hasil pemeriksaan tersebut akhirnya dokter memberikan resep obat untuk mengecilkan ukuran batu empedu dan kemudian perlahan-lahan menghilang. Namun beberapa saat setelah mengkonsumsi obat, keadaan pun tidak kunjung membaik.
Sebelumnya pria yang pernah bersekolah di SMAN 2 Surabaya ini pernah membaca sebuah artikel yang menjelaskan tentang khasiat apel, garam inggris, olive oil, dan jeruk yang dapat menyembuhkan batu empedu. Namun sebagai soerang dokter, beliau tampak sulit untuk menerimanya karena menurut beliau resep tersebut tidak ada penjelasan secara ilmiah.
Namun dengan keadaannya yang tidak kunjung membaik, bahkan sempat lebih parah pada tanggal 4 agustus. yang sebelumnya sakit yang dialaminya hanya berdurasi 15 menit, kali ini rasa sakit yang dia alami mencapai satu jam. Akhirnya dengan dukungan dari temannya Djo memutuskan untuk mencoba pngobatan alternatif tersebut.
“Saya ikutin semuanya sesuai dengan yang saya baca,” ucapnya ketika membagi kisah kepada wartawa. Lima hari berturut-turut Djo minum jus apel dan pada hari ke enam dia berhenti makan setiap tujuh jam sebelum tidur. Lima jam dan tiga jam sebelum tidur Djo kembali mengkosumsi air putih yang dicampur dengan garam inggris. Kemudian sebelum tidur Djo baru mengkonsumsi campuran olive oil dan perasan air jeruk.
Pagi saat buang air besar keluar tiga batu warna hijau dengan ukuran 3 x 2 cm sebanyak satu buah dan dua yang berukuran 2 x 1,5 cm. Pada sore harinya sebanyak 55 buah batu empedu yang keluar. Atas kejadian tersebut Djo mengaku sangat legah dan ingin membagi kisah ini kepada banyak orang.
“Jika tidak dengan operasi saja bisa, kenapa cara ini tidak dicoba?” ucapnya. Djo berharap pihak civitas akademica membuat penelitian lebih lanjut terkait khasiat daripengobatan alternatif tersebut sehingga mendapatkan penjelasan secara ilmiah.