Hariannusantara.com – Pada bulan ini, Neraca perdagangan Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan di bandingkan bulan sebelumnya. Pernyataan ini diungkapkan oleh Josua Pardede yang merupakan Ekonom dari PT Bank Permata Tbk. Menurutnya kenaikan surplus ini dipengaruhi oleh peningkatan kinerja ekspor nasional kesejumlah mitra dagang utama.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan bahwa peningkatan surplus perdagangan di bulanSeptember didorong kenaikan harga komoditas ekspor dunia seperti sawt mentah, batubara dan karet alam. Adapun peningkatan tersebut adalah peningkatan minyak kelapa sebesar 4 persen, batubara sebesar 5,4 persen dan karet alam naik sebesar 4,1 persen.
“Surplus neraca perdagangan September sebesar US$ 392,7 juta. Laju pertumbuhan ekspor bulanan negatif 1,95 persen (MoM) dan impor negatif 2,80 persen. Dari sisi volume ekspor juga cenderung meningkat karena peningkatan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia, seperti China, Eropa, dan ASEAN,” Josua menerangkan.
Josua juga mengungkapkan bahwa kenaikan harga batubara dipicu oleh beberapa hal seperti menurunnya jumlah batubara dari negera lain seperti China, dan Australia sedangkan konsumsi batubara semakin meningkat terkait dengan program pembangunan proyek pembangit listrik 35 ribu Megawatt yang membutuhkan 41 persen konsumsi batu bara.
Namun meski ekspor batu bara diprediksi akan meningkat, impor barang-barang seperti mesin atau peralatan listrik serta besi dan baja ke Indonesia dari China justru menurun.
“Impor Indonesia masih turun mengindikasikan ekonomi dalam negeri belum pulih. Ditunjukkan dengan inflasi inti yang masih rendah,” kata Josua.
Terakhir Josua menyebutkan bahwa laju pertumbuhan ekspor masih terkontraksi -1,61 persen (Yoy) dan impor tumbuh positif 3,76 persen (Yoy).