Korban Perang, Tidak Ada Harapan Bagi Anak-Anak di Suriah

Korban-Perang-Tidak-Ada-Harapan-Bagi-Anak-Anak-di-Suriah

Hariannusantara.com Perang saudara yang terjadi di Suriah selama kurang lebih 6 tahun diperkiran telah menewaskan setidaknya 400 ribu warga sipil. Tidak hanya orang dewasa yang menjadi korban namun balita dan anak-anak juga turut menjadi korban perang saudara ini. Kian tahun, jumlah korban anak-anak yang tewas semakin banyak.

Pada tahun 2016 misalnya, UNICEF mengungkapkan ada sekitar 652 nyawa anak-anak yang melayang. Jumlah itu 20 persen lebih banyak dari 2015. Jumlah tersebut adalah jumlah korban yang telah terverifikasi, bisa jadi jumlahnya jauh lebih banyak. UNICEF juga memeperkirakan perang yang pecah pada tahun 2011 itu telah merenggut hampir separuh jumlah anak-anak di Suriah. Selain itu, ada sekitar 850 anak-anak yang dipaksa untuk ikut dalam konflik ditahun 2016. Mereka sering ditempatkan pada garda depan atau memainkan peran di tengah pertempuran di Suriah.

“Seperti kasus ekstrem sebagai algojo, bomber bunuh diri, dan penjaga penjara,” kata UNICEF

Di kota yang dulu sempat menjadi pusat peradapan kini bagai mimpi buruk bagi anak-anak yang berada di sana. Bagaimana tidak, melihat darah, ledakan dari rudal hingga mendengar teriakan kesakitan bukan menjadi sesuatu yang asing lagi. Tidak sedikit dari mereka yang melihat pembantaian dengan mata kepala mereka sendiri. Ditambah kelaparan dan tidak adanya pendidikan yang layak buat mereka.

Menurut laporan UNICEF anak-anak Suriah banyak yang takut untuk hidup dengan konsekuensi mengerikan pada kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan mereka. Save the Children, organisasi kemanusiaan di Inggris, juga melansir bahwa anak-anak di Suriah tengah menderita Toxic Stress. Save the Children juga mengatakan jika kondisi seperti sekarang ini dapat mendorong anak-anak untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Loading...

Menurut UNICEF, pada saat sekarang ini anak-anak dan warga sipil Suriah hanya menggantungkan diri dari bantuan kemanusiaan. UNICEF juga menyebut jika kini organisasi tersebut tidak dapat mengakses daerah konflik terparah dimana ada sekita 280 ribu anak-anak yang terkepung di tengah peperangan.