Hariannusantara.com – Masyarakat Yogyakarta memiliki banyak cara untuk mensyukuri rejeki melimpah yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka. Selain dengan cara kenduri, msyarakat juga memiliki satu tradisi sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas anugrah Tuhan berupa hewan ternak yang sehat dan berkembangbiak bernama Gumbregan.
Gumbregan biasanya dilakukan dengan cara mengarak sapi, kambing dan gunungan keliling kampung. Beberapa desa yang masih melaksanakan tradisi ini yaitu di Pokoh 2, Dlingo, dan Bantul. Warga mengarak hewan-hewan yang sudah dihias bak pengantin pada bagian depan. Di belakangnya, ada gunungan, kesenian dan tokoh serta pemuka dusun yang bersangkutan.
Hewan ternak tersebut diarak dengan iringan alunan alat musim reog dan doger menuju ke lapangan yang letaknya tak jauh dari Sendang Pokoh. Sesampainya di sana, puluhan hewan ternak kemudian ditempatkan di tempat yang teduh sembari menunggu upacara dimulai.
Setelah semua berkumpul, warga yang membawa tumpeng nasi putih dan gudangan (sayur rebus dicampur dengan parutan kelapa) kemudian mengambil air dari pancuran menggunaan wadah untuk dibawa menuju tempat hewan ternak warga. Air yang sudah dibawa tersebut kemudian dicripatkan ke ternak menggunakan daun dadap serep.
Pada tradisi gumbregan tersebut, sesepuh dusun akan memberikan makan kepada ternak. Dilanjut dengan memberikan makan nasi gudangan yang sebelumnya sudah didoakan. Pemberian makan ini dilakukan oleh sang pemilik hewan ternak sendiri. Seperti manusia, sapi dan kambing tersebut makan nasi yang diberikan dengan sangat lahap.
Yasmuri, salah seorang tokoh masyarakat mengatakan jika ritual Gumbregan ini sudah dilakukan turun temurun. Selain untuk mengekspresikan rasa syukur, tradisi ini juga dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan antar warga tanpa memandang latar belakangnya.
“Kegiatan ini memiliki potensi yang cukup baik, dari sisi sosial maupun ekonomi. Pasalnya, ritual Gumbregan ini jika dikelola lebih serius, dan menjadi kegiatan tahunan sebagai daya tarik wisata. Warga sedang mempersiapkan semuanya, harapannya bisa dikembangkan menjadi potensi wisata,” ujarnya.
Baca juga:
– Wisata Wajib Bagi Anda Yang Berlibur Ke Yogyakarta
– Lebaran Mau Berlibur Ke Yogyakarta? Simak Tips Supaya Wisata Menyenangkan
Sementara itu, sapi dan kambing merupakan sumber matapencaharian sebagian besar warga di Dusun Pokoh 2. Warga Pokoh 2 sebagian besar berprofesi sebagai petani dan hampir seluruhnya memiliki hewan ternak di rumah. Pakan hewan ternak tersebut berasal dari ladang tempat warga bercocok tanam.