Teror Bom Merebak, Kominfo Tingkatkan ‘Patroli Media Sosial’

Teror-Bom-Merebak,-Kominfo-Tingkatkan-‘Patroli-Media-Sosial’

Teror-Bom-Merebak,-Kominfo-Tingkatkan-‘Patroli-Media-Sosial’

Hariannusantara.comTerkait dengan teror bom yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) lalu, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menegaskan bakal menindak tegas akun-akun media sosial yang menyebarkan berita palsu alias hoax. Pihak Kominfo bahakan tengah melakukan ‘patroli’ siber terhadap beberapa konten yang ada di dunia maya.

Menurut Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika, pihaknya telah menggandeng pihak kepolisian dalam melakukan tindakan ini. Patroli siber ini sendiri sebenarnya sudah mulai ditingkatkan semenjak kerusuhan yang terjadi di Mako Brimob beberapa waktu yang lalu.

“Polisi dan Kominfo sama sama melakukan patroli, untuk akun tertentu yang ditengarai malah menyebarkan ketakutan dan berita tidak benar terkait teror bom,” ungkap Rudiantara dilansir dari KompasTekno, Senin (14/5/2018).

Menurut penuturan pria yang akrab disapa Chief RA ini, operasi siber tersebut sudah dilakukan pada ratusan akun dari beberapa platform media sosial yaitu Instagram, Facebook, Telegram hingga Youtube. Semua sudah dimonitor dari Mako Brimob dengan mudah, maka dari itu dihimbau agar mayarakat tidak perlu khawatir lagi tentang aksi teror yang bersifat hoax.

Loading...

“Ini kami monitor sejak dari kejadian di Mako Brimob kemarin. Kami kerja sama dengan polisi untuk lakukan patroli, jadi kami bisa lakukan tindakan secepatnya. Jadi masyarakat juga nggak usah khawatir. Kami ingin masyarakat tahu pemerintah juga melakukan ini,” lanjut Rudiantara.

Selain media sosial, pihak Kominfo juga menggunakan mesin crawling untuk meninjau beberapa situs terkait penyebarluasan berita palsu atau hoax tersebut. Bahkan semenjak kejadian kerusuhan di Mako Brimob tersebut, Kominfo memperketat penyisiran beberapa situs bermuatan negatif dengan melakukan crawling dalam interval 2 hingga 3 jam setiap hari selama 24 jam.

“Kalau di situs, saya sudah minta tiap dua atau tiga jam melakukan crawling. Jadi kami sisir terus. Pokoknya saya minta crawling. Begitu dapet, tutup. Kita punya kemampuan itu. Kita punya mesin crawling. Kalo di medsos masih minta ke platform,” lanjutnya.

Walau begitu, celah masih saja ada dalam proses penyisiran situs-situs tersebut. Pasalnya, penyisiran dengan mesin crawling dengan interval waktu 2 hingga 3 jam tersebut masih memunculkan konten negatif.

“Kami nggak jamin 100 persen kena, karena masih ada celah di dua atau tiga jam itu, tapi karena kita lakukan penyisiran reguler, nantinya ketangkep juga,” tutup Rudiantara.