Puisi ‘Ibu Indonesia’ Sukmawati Soekarnoputri Bisa Picu Konflik

Puisi-‘Ibu-Indonesia’-Sukmawati-Soekarnoputri-Bisa-Picu-Konflik

Puisi-Sukmawati-Soekarnoputri-Di-‘Indonesia-Fashion-Week-2018’-Diklaim-Berbau-SARA

Hariannusantara.com – Sukmawati Soekarnoputri saat ini sedang menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya adik mantan Presiden RI, Megawarti Soekarnoputri ini baru saja menuai kontroversi terkait dengan puisi yang dibawakannya dalam gelaran ‘Indonesia Fashion Week 2018’ untuk menandai 28 tahun berkarya Anne Avantie.

Puisi yang berjudul ‘Ibu Indonesia’ itu menuai polemik karena diklaim telah menyinggung SARA. Wakil Ketua DPR RI, Taufik Hidayat pun menyayangkan puisi yang sempat dibawakan Sukmawati tersebut. Taufik memaparkan bahwa pusisi tersebut bisa daja menimbulkan konflik di antara masyarakat Indonesia yang notabene mempunya banyak suku, budaya, dan keyakinan.

“Kalau menurut saya, puisi itu tidak boleh menyinggung-nyinggung apa pun yang terkait dengan syariah agama,” ujar Taufik, Senin (2/4/2018).

Video puisi Sukmawati tersebut hingga saat ini masih ramai dibahas di berbagai sosial media. Meski berdalih membuat puisi dengan sudut pandang seorang budayawan, menurut Taufik sebuah puisi itu tidak diperbolehkan menyinggung syariat agama.

Loading...

“Sebab, pasti ada yang tersinggung, tidak terima, bisa-bisa nanti situasinya jadi konflik,” tutur Taufik.

Taufik menghimbau kepada Sukmawati untuk lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam membuat suatu karya yang diperuntukkan bagi publik. Puisi ‘Ibu Indonesia’ dimungkinkan akan dijadikan alat untuk memprovokasi salah satu pihak agama sehingga akan terjadi konflik berkelanjutan.

“Kita berharap untuk Ibu Sukmawati agar lebih berhati-hati dalam berkarya dan ketika menyampaikan kepada publik. Saat ini, semua rentan terprovokasi. Bahkan ketika satu orang ngomong, seluruh dunia bisa tahu. Kita juga berharap Ibu Sukmawati bisa segera memberi klarifikasinya,” kata kader Partai PAN tersebut.

Sementara itu menurut Kapitra Ampera yang merupakan pengurus Persatuan Alumni 212, puisi Sukmawati Soekarnoputri jelas-jelas mengandung unsur SARA karena membandingkan syariat agama bercadar dan suara adzan dengan kidung Pancasila. Sementara Sukmawati sendiri tidak merasa bahwa puisinya mengandung unsur SARA di dalamnya.

“Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam saya mengarang puisi. Saya sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur di Bali dan daerah lain,” jelas Sukmawati.