PBB Sebut Serangan ke Idlib Bencana Kemanusiaan Terburuk Abad 21

PBB Sebut Serangan ke Idlib Bencana Kemanusiaan Terburuk Abad 21

Hariannusantara.comJuru bicara Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA), David Swanson mengatakan setidaknya 30.542 orang telah mengungsi dari Idlib, Suriah. Warga Idlib memutuskan mengungsi sejak pemerintah Suriah dan pasukan sekutu kembali melakukan pengeboman udara dan darat di sana pekan lalu.

“Serangan militer habis-habisan di Idlib dapat memprovokasi bencana kemanusiaan terburuk abad ke-21 dan harus dihindari,” kata Swanson seperti dilansir dari Reuters.

Apalagi, dia menambahkan, sekitar 2,9 juta orang tinggal di daerah yang dikuasai oposisi. Wilayah yang dikuasai oposisi ini terdiri dari sebagian besar provinsi Idlib dan bagian kecil yang berdekatan dari provinsi Latakia, Hama dan Aleppo. Koordinator darurat PBB Mark Lowcock juga mengatakan sekitar 800 ribu dari mereka dapat meninggalkan rumah mereka saat ini dalam sebuah eksodus yang dipicu oleh pertempuran besar.

“Kami sangat aktif mempersiapkan kemungkinan bahwa warga sipil bergerak dalam jumlah besar ke berbagai arah. Harus ada cara untuk mengatasi masalah ini yang tidak akan berubah beberapa bulan ke depan di Idlib ke dalam bencana kemanusiaan terburuk dengan hilangnya nyawa terbesar abad ke-21,” kata Lowcock dalam jumpa pers di Jenewa.

Loading...

Baca juga:
– Uni Eropa dan Amerika Kompak Tuding Bashar Al-Assad Jadi Dalang Serangan Kimia di Suriah
– Myanmar Tolak Tim Penyidik PBB Untuk Ungkap Kasus Rohingya

Sementara itu Swanson mengatakan bahwa sejak hari Jumat lalu, serangan mortir dan roket telah meningkat, terutama di pedesaan Hama utara dan daerah pedesaan Idlib selatan.  Salah satu pemimpin pemberontak di Hama utara, Abu al-Baraa al-Hamawi, mengatakan sekitar 95 persen orang telah meninggalkan sejumlah desa di provinsi Hama utara dan barat dan di provinsi Idlib selatan dalam tiga hari terakhir akibat serangan udara intensif. Lebih dari setengah juta orang telah tewas dan 11 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dalam perang tujuh tahun.