Audrey Tang, Transgender Anarkis yang Jadi Menteri di Taiwan

Audrey Tang, Transgender Anarkis yang Jadi Menteri di Taiwan

Audrey Tang, Transgender Anarkis yang Jadi Menteri di Taiwan

Hariannusantara.com – Kursi menteri itu berawal dari demonstrasi. Audrey Tang bersama para demonstran menduduki parlemen Taiwan dalam gerakan yang dikenal sebagai Sunflower Students Movement pada 2014. Gerakan yang dimotori mahasiswa dan kelompok-kelompok hak sipil itu memprotes disahkannya Cross-Strait Trade Agreement oleh Kuomintang, partai berkuasa di Taiwan. Tanpa penjelasan mendetail tentang klausa demi klausa di dalamnya.

Buntut dari gerakan pada 2016 itu, pemerintah Taiwan malah menawari Audrey, mantan penasihat Apple, menjadi menteri digital. Itu semacam menteri muda dalam kabinet di era Orde Baru. Menteri tanpa kementerian. Dan, itu memang sesuai keinginan Audrey yang pernah lama berkiprah di Silicon Valley, pusat industri tenologi Amerika Serikat. Dia mau jadi menteri tapi dengan syarat semua yang bekerja dengannya bukan bawahaan.

“Saya tidak mau memberi atau menerima perintah. Semuanya adalah kolega yang bekerja secara sukarela dengan saya,” ujarnya dalam wawancara dengan Reuters.

Maklum, sejak pensiun dari Silicon Valley, Audrey menyebut dirinya sebagai anarkis dan anti-otoritas. Sebagai menteri digital, dia pun menganut prinsip serbatransparan. Bahkan, cenderung radikal. Setiap keputusan, kesepakatan, dan negosiasi dibagi dalam situs yang terbuka untuk umum. Di bawah naungannya ada 430 ribu perusahaan start-up yang berambisi menjadi raksasa seperti Samsung atau Xiaomi.

Loading...

Baca juga:
– Jadi Anggota Dewan Keamanan PBB, Seperti Apa Langkah Indonesia Dukung Kemerdekaan Palestina?
– Raih Emas ke-23 Untuk Indonesia, Jonatan Christie Lakukan Selebrasi Spektakuler!

Kepada mereka, perempuan berusia 36 tahun itu memberikan solusi kewirausahaan sosial. Audrey tahu bahwa mencari keuntungan moneter saja tak akan membuat semua pihak puas. Selain keuntungan uang, perusahaan harus memberikan manfaat kepada masyarakat dan negara. Langkah pertamanya direalisasikan dalam perusahaan Agoood. Perusahaan itu menggunakan sketsa dari penderita down syndrome untuk merancang brosur. Sejak itu, dia terus mendorong perusahaan untuk memasukkan aspek sosial.